PENGUJIAN PUKUL TAKIK (DESTRUCTIVE TEST)




  PENGUJIAN PUKUL TAKIK
Pengujian Merusak Bahan (Destructive Test)




Disusun Oleh :


Nama                          :    1. Muchammad Lutfi Hakim (23)
                                    :    2. Zidane Amin Wibowo         (36)

Kelas                           :    X TP 1

Komp. Keahlian        :    Teknik Pemesinan

Guru Pengampu       :     Drs. Harto, M. Si

SMK NEGERI 7 SEMARANG

(STM PEMBANGUNAN)




I.      PENDAHULUAN 
Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang bukan berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan pengujian. Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi, permesinan, bangunan, maupun bidang lainnya. Salah satunya Pengujian Impact.
Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah metode uji impact digunakan dalam dunia industri khususnya uji impact charpy dan uji impact izod. Dasar pengujian ini adalah penyerapan energy potensial  dari beban yang mengayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi deformasi.
Dilakukan UJI IMPACT Bertujuan untuk mengetahui ketangguhan logam akibat pembebanan kejut pada beberapa macam kondisi suhu.
Ketangguhan adalah suatu ukuran energi yang diperlukan untuk mematahkan bahan. Penyebab ketangguhan bahan adalah pencampuran antara satu bahan dengan bahan lainnya. Misalnya baja di campur karbon akan lebih tangguh dibandingkan dengan baja murni.
Adapun pokok bahasan yang akan kita bahas, yaitu:
A.    Uji Impact
B.     Sistem Pengujian Impact / Pukul Takik
C.     Perpatahan Impact
D.    Macam-Macam Takikan
E.     Temperatur Transisi
F.      Patah Getas dan Patah Ulet
G.    Perhitungan Energi


II.       POKOK PIKIRAN 
A.   Uji Impact (Pukul Takik)

Uji impact dilakukan untuk menentukan kekuatan material sebagai sebuah metode. uji impact digunakan dalam dunia industry khususnya uji impact charpy dan uji impact izod. Dasar pengujian ini adalah penyerapan energy potensial  dari beban yang mengayun dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk material uji sehingga terjadi deformasi.

B. Sistem pengujian pukul takik
Secara umum metode pengujian impak terdiri dari 2 jenis yaitu:
1.      Metode Charpy
2.      Metode Izod

1.    Uji Charphy
        Benda uji diletakkan secara mendatar dan ditahan pada sisi kiri & kanan. Kemudian benda dipukul pada bagian belakang takikan, letaknya persis di tengah. Takikan membelakangi pukulan (arah pembebanan berlawanan dengan arah takikan).
 




2.    Uji Izod

        Pengujian tumbuk dengan meletakkan posisi spesimen uji pada tumpuan dengan posisi , dan arah pembebanan searah dengan arah takikan. 

        Benda uji dijepit pada satu ujungnya pada posisi tegak. Lalu benda uji ini dipukul dari sisi depan pada sisi ujung yang lain.
 

C.   Perpatahan Impact

Secara umum sebagaimana analisis perpatahan pada benda hasil uji takik maka perpatahan impak digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:

1.      Perpatahan berserat (fibrous fracture), yang melibatkan mekanisme pergeseran bidang-bidang kristal di dalam bahan (logam) yang ulet (ductile). Ditandai dengan permukaan patahan berserat yang berbentuk dimpel yang menyerap cahaya dan berpenampilan buram.

2.      Perpatahan granular/kristalin, yang dihasilkan oleh mekanisme pembelahan (cleavage) pada butir-butir dari bahan (logam) yang rapuh (brittle). Ditandai dengan permukaan patahan yang datar yang mampu memberikan daya pantul cahaya yang tinggi (mengkilat).
3.      Perpatahan campuran (berserat dan granular). Merupakan kombinasi dua jenis perpatahan di atas, yaitu kombinasi antara perpatahan berserat dan perpatahan granular.

D.   Macam-Macam Takikan
 Jenis-jenis takikan/ notch yang terdapat pada pengujian impact:

1.      Takik Segitiga “V”

Memiliki energi impact yang paling kecil, sehingga paling mudah patah. Hal ini disebabkan karena distribusi tegangan hanya terkonsentrasi pada satu titik saja, yaitu pada ujung takikan.



2.      Takik Setengah Lingkaran “U”

Memiliki energi impact yang terbesar karena distribusi tegangan tersebar pada setiap sisinya, sehingga tidak mudah patah.



3.      Takik Segi Empat

Memiliki energi yang lebih besar pada takikan segitiga karena tegangan terdistribusi pada 2 titik pada sudutnya.

E.   Temperatur Transisi

Informasi lain yang dapat dihasilkan dari pengujian impak adalah temperatur transisi bahan. Temperatur transisi adalah temperatur yang menunjukkan transisi perubahan jenis perpatahan suatu bahan bila diuji pada temperatur yang berbeda-beda. Pada pengujian dengan temperatur yang berbeda-beda maka akan terlihat bahwa pada temperatur tinggi material akan bersifat ulet (ductile) sedangkan pada temperatur rendah material akan bersifat rapuh atau getas (brittle).
 

F.   Patah Getas dan Patah Ulet

      Secara umum perpatahan dapat digolongkan menjadi 2 golongan umum yaitu :

1.      Patahan Getas

      Patahan yang tejadi pada bahan yang getas.

            Patahan yang ditandai oleh adanya kecepatan penjalaran retak yang tinggi, tanpa terjadi deformasi kasar, dan sedikit sekali terjadi deformasi mikro.

      Contoh : Patahan pada besi tuang.

Ciri-ciri patah getas:

      Penjalaran retak yang lebih cepat dibanding patah ulet

      Penyerapan energi yang lebih sedikit

      Tidak disertai dengan deformasi plastis 

      Permukaan patahan pada komponen yang mengalami patah getas terlihat mengkilap, granular dan relatif rata.



2.      Patahan Ulet / Liat

      Patahan yang terjadi pada bahan yang lunak.

            Patahan yang ditandai oleh deformasi plastis yang cukup besar, sebelum dan selama proses penjalaran retak.

      Contoh : Patahan pada baja lunak, tembaga dsb.

      Ciri-ciri patah ulet :

      terjadi penyerapan energi

      adanya deformasi plastis yang cukup besar di sekitar patahan

      permukaan patahan nampak kasar ,berserabut (fibrous), dan berwarna kelabu.



3.      Patahan Getas Ulet

Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat, namun ulet. Gejala ini disebut transisi ulet-getas.

      Contoh : Patahan pada baja temper.

Terdapat 3 faktor dasar yang mendukung tesrjadinya patah dari benda ulet menjadi patah getas :
1.      Keadaan tegangan 3 sumbu / takikan.
Karena keadaan tegangan menjadi rumit terhadap dua atau tiga sumbu disebabkan oleh pangkal takikan, maka terjadi peningkatan yang mencolok dari tegangan mulur dan patah getas pun mudah terjadi.
2.      Suhu / temperature yang rendah.
Makin rendah temperatur maka semakin mudah terjadi patah getas.
3.      Laju regangan yang tinggi / laju pembebanan yang cepat.
Peningkatan tegangan mulur yang sangat, ditandai oleh peningkatan laju regangan yang mengakibatkan patah getas.

G.   Perhitungan Energi
Untuk menghitung energi yang diserap material dapat dihitung dengan persamaan energi potensial sebagai berikut:



III.                   KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat Kami berikan adalah sebagai berikut :
1. Impact Test adalah suatu pengujian yang dilakukan untuk menguji ketangguhan suatu specimen terhadap pemberian beban secara tiba-tiba melalui tumbukan.
2. Metode yang digunakan pada pengujian impact ada dua yaitu :
a.       Metode Charpy
b.      Metode Izod
3. Salah satu hal yang mempengaruhi impact adalah temperature. Semakin rendah temperature suatu material maka akan semakin getas material tersebut, dan semakin tinggi temperature maka material akan semakin ulet.
4. Energi impact yang terbesar terdapat pada takikan setengah lingkaran dan terendah pada takikan segitiga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa perpatahan akan semakin mudah terjadi pada takikan bersudut.

IV.                SUMBER
1.      Uji Takik
2.      Pengujian Impak dan Fenomena Perpatahan
3.      Industial Uji Impak
4.      Laporan Praktikum Uji Impact
5.      Ciri Patah Ulet Patah Getas


Aku Cah Stembase


2 Responses to "PENGUJIAN PUKUL TAKIK (DESTRUCTIVE TEST)"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel