GAGAL SUNRISE DI GUNUNG FUJI

Pendakian Gunung Fuji
Senin - Selasa / 12 - 13 Agustus 2019
Sekitar Shizuoka Ken Fujinomiya Shi

Dari Stasiun Tokyo pukul 10.20 waktu setempat, kami berangkat dengan bus menuju Kawaguchiko Station and Bus Terminal. Dikarenakan di Jepang sekarang sedang memasuki libur musim panas, jalanan pun macet, imbasnya waktu perjalanan kami sedikit terlambat. Sedikit penat karena kelamaan dijalan, namun sedikit segar bisa menikmati pemandangan sekitar yang begitu menyejukkan mata, begitupun hati.

Pemandangan dari jendela kaca bus

Sampai di Terminal Kawaguchiko pukul 13.30, kami memutuskan untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan menuju pos pendakian gunung fuji, jalur yoshida. Tepat pukul 2 siang bus yang akan mengantar rombongan pendaki telah tiba. Kamipun langsung berangkat menuju kesana. Perjalanan ditempuh selama 1 jam. Tiba ditempat jam 3 sore, disambut dengan kabut dingin yang menyelimuti pos pendakian. Sembari mengistirahatkan badan yang lelah karena perjalanan, kami sedikit melakukan persiapan sebelum memulai pendakian. Mulai dari kebutuhan perut, ibadah, sampai kebutuhan pendakian itu sendiri.

Pos 5 pendakian gunung fuji jalur yoshida

Dari sinilah kami mulai mendaki.

Sekitar jam 5 sore kami mulai melakukan pendakian dari pos 5 jalur yoshida. Jalur yoshida adalah jalur pendakian yang paling populer bagi wisatawan dibandingkan dengan 3 jalur lainnya. Jalur ini banyak dipilih sebagai titik awal pendakian karena di jalur ini banyak menyediakan tempat peristirahatan dan juga warung-warung makanan. Jalur ini sangat direkomendasikan bagi para pendaki pemula, karena rute di jalur ini cukup mudah, dan rambu-rambunnya pun sangat jelas, sehingga kecil kemungkinan untuk tersesat di jalur ini. Ditambah lagi pendaki yang lewat jalur ini sangatlah banyak dan ramai.

Peta pendakian gunung fuji jalur yoshida

Cuaca berkabut mengiringi langkah kecil kami. Jalan pasir bebatuan kami lalui dengan cukup mudah untuk sampai di pos 6. Sampai di pos 6, cuaca sangat cerah. Kabut yang tadinya menyelimuti pemandangan sekitar, akhirnya hilang setelah sampai di pos ini. Pemandangan sekitar yang sangat mengagumkan, tidak kami lewatkan untuk tidak mengabadikan momen disini. Alhasil banyaklah foto yang terabadikan disini wkwk.

Groofie di pos 6

Hari mulai petang, kamipun melanjutkan perjalanan ke pos berikutnya. Jalan berpasir yang kian curam, membuat kami lelah dan sering sekali kami mengambil istirahat di tengah-tengah perjalanan. Iringan pendaki lain yang terus menerus lalu-lalang di sela-sela kami istirahat, tidak mungkin bagi kami untuk berlama-lama di tengah jalur pendakian, karena akan mengganggu pendaki lain yang akan lewat. Alhasil kamipun terpisah menjadi 3 rombongan.

Jalan sekitar jalur pendakian menuju pos 6

Hari sudah gelap. Perut yang sedari siang belum terisi, mengajakku untuk menikmati udon (mie khas jepang) yang dijual di warung yang ada di pos 7. Udon yang baru saja disajikan, ku nikmati dengan udara gunung yang semakin dingin. Berasa banget hangat nikmatnya. Sembari makan, kamipun menunggu rombongan yang terpisah di belakang. Akhirnya satu rombongan lain menyusul rombonganku. Kamipun bertemu disini. Dan tinggal satu rombongan lagi yang belum menyusul. Setelah agak lama menunggu, akhirnya ada telepon masuk. Rombongan yang tertinggal memutuskan untuk istirahat dan menyuruh rombongan lain untuk mendaki terlebih dahulu. Setelah dikomunikasikan lagi, akhirnya kamipun berangkat terlebih dahulu untuk menuju ke pos selanjutnya.

Hari mulai malam. Perjalanan ke pos 8 sangatlah berat. Jalur berbatu memaksaku menggunakan kedua tanganku untuk mendaki ke atas. Tongkat yang ku bawa sedari pos 5, yang itu di perjalanan sebelumnya sangatlah membantu untuk menopang badanku, disini tongkat itu malah berasa mengganggu dan repot untuk dipegang. Ditambah lagi senter yang kubawa tiba-tiba mati entah kenapa. Huft, mungkin temperature udara yang sangat dingin membuat baterai senterku habis dengan cepat. Untung saja senternya temenku masih nyala, lumayan lah buat alat bantu penerangan di jalan.

Pos 8 jalur pendakian fujiyoshida

Rombongan kamipun terpisah lagi karena banyaknya pendaki yang mendaki di jalur kami. Pelan-pelan rombonganku tertinggal, tapi itu tidaklah masalah karena jalur yang kami lalui tetaplah sama. Dan akhirnya kami berhasil menyusul rombongan itu setelah melewati pos 8.5. Dimana pos itu merupakan pos terakhir sebelum puncak. Ternyata mereka sudah duluan istirahat di bawah tebing di tepi jalur pendakian. Kamipun ikut-ikutan seperti mereka. Di bebatuan ku bentangkan sleeping bagku untuk melindungi badan dari angin yang berhembus begitu kencangnya. Sekitar kurang lebih 2 jam kami tidur-tiduran didalam awan sedari jam 12. Dan itu merupakan kejadian yang mungkin sangatlah gila bagiku. Gak terbayang lagi rasa enaknya tidur di rumah dibandingkan tidur berselimutkan awan dengan angin gunung yang berhembus kesana kemari seperti ini. Gewlaa sihh.

Pemandangan kota dari ketinggian

Jalur pendakian kian ramai, malahan sampai-sampai macet, dan kamipun terbangun gara-gara ramai riuh langkah pendaki. Perjalanan menuju puncak gunung kami mulai dari sini. Sekitar pukul 2 pagi kami mulai masuk disela-sela kemacetan pendaki dan berjalan beriringan bersama pendaki lain dari berbagai negara. Kemacetan pendaki dikondisikan oleh petugas gunung fuji yang senantiasa mengatur dan menyemangati para pendaki untuk terus berjalan menuju puncak dengan tertib dan aman. Jalur menuju puncak semakin kesini semakin berpasir dan berbatu. Kemacetan pendaki semakin parah. Banyak yang kelelahan dan berhenti di tengah jalan. Oleh sebab itu jalur pendakian yang harusnya cuman bisa diisi untuk satu deret pendaki, terpaksa harus dibagi menjadi dua deret. Deret kiri untuk yang kelelahan, sedangkah deret kanan untuk pendaki yang masih kuat jalan terus menuju puncak. Langkah demi langkah kami daki dengan hati-hati karena jalur yang kian sempit.

Kurang lebih 1 jam kami bergelut dengan kemacetan, dan akhirnya kami sampai puncak juga. Angin kencang disini tidak begitu berasa, namun hujan gerimis membuat pakaian kami basah. Tujuan pertama sampai di puncak adalah toilet. Rasa kebelet yang tak tertahankan sangatlah menyiksa. Mau tidak mau kami harus mengantri untuk kencing, huft. Aku pikir minuman kaleng hangat yang kubeli di mesin penjual minuman otomatis di puncak dapat meredakan rasa dingin tubuh ini, eh ternyata tidak sama sekali. Iya benar begitu dibeli masih hangat, tapi tidak ada 5 menit sudah menjadi dingin. Luar biasa dinginnya.

Karena sampai puncak masih jam 3 pagi, kami bertiga tidur di tengah-tengah ramainya para pendaki. Sleeping bag pun kami bentangkan kembali, 1 sleeping bag buat bertiga, yaa cukup buat melindungi kaki kami. Karena cuaca sedang hujan dan berkabut, mataharipun tidak juga muncul. Indahnya matahari terbit yang diidam-idamkan para pendaki tidak terlihat. Begitu juga lautan awan yang indahpun tertutup oleh kabut. Sebagian dari kami sangat kecewa, namun aku tidak, dan sebagian lain sudah biasa dengan hal seperti ini.

Sunrise yang tertutup oleh kabut

Banyak orang mengharapkan pemandangan indah seperti sunrise di gunung fuji. Namun kenyataan kali ini berkata lain. Pendakian yang ditempuh selama berjam-jam, bagi sebagian orang tidak sesuai dengan ekspektasi. Akhirnya keinginan pendaki mengabadikan momen di puncak tidak terlaksana karena pemandangan yang diharapkan tidak sesuai kenyataan pada hari itu. Hal seperti ini tidak perlu disesali karena memang gunung adalah tempat dengan cuaca yang tidak bisa diprediksi. Cuaca di alam baik itu gunung sangatlah susah ditebak. Meskipun hal semacam itu bisa diantisipasi sebelum keberangkatan dengan cara mengecek ramalan cuaca yang ada di internet di jauh-jauh hari sebelum keberangkatan.

Turun gunung

Hal yang tidak menarik bagiku adalah saat menuruni gunung. Perjalanan turun dari gunung fuji sangatlah melelahkan. Rute zig-zag yang landai serta jalanan berpasir sangatlah menguras sisa-sisa tenagaku. Ditambah lagi hujan yang terus-menerus mengguyur selama kami menuruni gunung. Ingin ku rasanya segera cepat sampai pos 5 dan segera beristirahat kembali, namun apa daya tubuh ini sudah tidak bisa diajak berkompromi lagi. Alhasil kami berjalan turun dengan santuy dengan tidak memakasakan diri.

Selain momen sunrise yang tidak didapatkan, masih banyak hal yang dapat ku pelajari dari pendakian kedua ku kali ini. Sangat bangga bisa menapakkan kaki di puncak tertinggi Jepang; Fuji San 3776 Mdpl. Bagiku ini merupakan pengalaman yang berkesan dan kesempatan yang berharga selama aku berada disini.

Puncak fuji- Yoshida trail route

Dan pada akhirnya ceritaku kali ini akan kusudahi cukup sampai disini. Terimakasih kepada teman-teman pendakianku kali ini, yang sudah bekerjasama mewujudkan salah satu cita-citaku untuk mendaki Gunung Fuji. Sekiranya banyak hal yang merepotkan, o meiwaku ni kakete gomenna, o sewa ni natta. 



Dari sisi yang berbeda, 



















Dibuang sayang,























Youtube Video

Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk melihat ceritaku kali ini. Sekiranya ada hal yang tidak berkenan dihati kalian, atau bahkan ada hal yang ingin ditanyakan, bisa disampaikan melalui kolom komentar yang ada dibawah.

Sampai jumpa di cerita selanjutnya,

See yaa,

Jyaa nee,

2 Responses to "GAGAL SUNRISE DI GUNUNG FUJI"

  1. Replies
    1. sakti banget non, cuman satu kekurangannya: gabisa berubah jadi ular huft

      Delete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel