Sigaraning Nyawa

-adalah istri dalam arti sesungguhnya. Namun maksud dari sigaraning nyawa menurutku kali ini adalah keluarga. Yaa, sedikit banyak tentang kamu juga.

家族と一緒に撮った写真です。
Membuka file lama, menilik kembali foto terakhir bersama keluarga adalah obat yang luar biasa untuk kerinduan di pagi hari ini. Sudah lebih dari satu tahun setengah aku hidup di Jepang dan berpisah dari pelukan mereka. Entah darimana rindu ini berasal dan kapan bermuara, sudah pasti tahun depan aku akan pulang, -kembali ke rumah, bersama lagi dengan mereka. Aku sudah tidak sabar menanti hari untuk itu. hmm dengan kata lain disini masih kurang setengah perjalanan lagi. Perasaan galau akan ilmu dan pengalaman untuk dibawa pulang masih belum cukup, menghantui pikiranku akhir-akhir ini. Mau dibawa kemana setelah pulang? Mau apa kalau sudah di Indonesia? Ceritain pengalamanmu di Jepang dong? Mungkin pertanyaan-pertanyaan semacam itulah yang sulit untuk dijawab sekarang. Mungkin akan lebih baik jika pertanyaan semacam itu diubah ke pertanyaan semacam ini: Mau apa mumpung disini? Kurang sebentar lagi kamu pulang loh? Mau dibuang sia-sia pengalaman disini? Ahh kacau. Kesampingan mengenai hal itu, aku saat ini sedang rindu kehadiran mereka. Barang berbincang sebentar melalui Whatsapp, dan pertanyaan kecil dari mamak adalah obat paling mujarab ketka ingin mensudahi kejauhan ini. Jarak dan durasi kontrak kerja yang harus memisahkan aku dari mereka terlampau begitu jauhnya, tidak ingin mensudahi kesempatan kali ini dengan sia-sia.  Bagaimana tidak bosan bila kesaharian selalu diisi dengan bekerja. Berangkat pagi pulang malam hari, sampai dirumah hidup mandiri, main hape tak tahu diri sampai-sampai tidur dini hari. Enak kerja di Jepang? Menurutku pertanyaan semacam ini sulit untuk dijawab dengan benar. Enak dalam konteks apa dulu? memang banyak enaknyaa, tapi yang tidak enak juga tidak kalah banyaknya. Hmm, ya begitulah. Satu contohnya adalah rindu akan keluarga, yang menjadi Sigaraning Nyawaku untuk saat ini.

Berangkat dari judul postingan kali ini, tidak baik jika tidak membahas sedikit arti dalam tentang judul tersebut. Masyarakat Jawa sejak dulu mengenal konsep “garwa” (garwo), yakni sebutan kehormatan bagi seorang istri (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 257). “Garwa” sering dipahami sebagai kependekan dari kata “sigaraning nyawa” alias “belahan nyawa” atau “belahan jiwa”. Di balik sebutan itu terkadung makna  bahwa istri adalah “sigaraning nyawa” atau “belahan jiwa” bagi sang suami. Sungguh pemaknaan yang sangat filosofis dan mendalam terhadap ikatan pernikahan antara dua anak manusia. (Dikutip dari : M. Ilyas Sunnah, Menghayati Makna Garwa "Sigaraning Nyawa", Makalah, Yogyakarta, 2013 kompasiana)

Lalu mengapa mengambil judul ini? toh artinya saja melenceng jauh dengan kata keluarga.
Untukku... belahan jiwa tidak selalu menyebut istri dalam setiap definisinya. Bolehlah aku memposisikan keluarga sebagai belahan jiwaku -untuk saat ini. Sumber motivasi dan semangatku, sekaligus tempat belajar terindah untukku kembali pulang.

Saya sedang rindu kalian malam ini 。。。

Photos on Instagram @muchammadlutfi

💚💚💚




0 Response to "Sigaraning Nyawa"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel