LIBURAN GRATIS KE TOCHIGI CUY (Nikkou Toshogu Shrine - Kegon no Taki - Chuzenjiko)


Nikkou Toshogu Shrine - Kegon no Taki - Chuzenjiko
Senin, 28 Oktober 2019
Sekitar Tochigi Ken Nikkou Shi


Oke sekarang hari libur, dan harus bangun pagi-pagi buta.

Hari libur tuh bagi kami, eh terutama aku, susah buat bangun pagi. Namun untuk kali ini beda. Karena hari ini aku diajak liburan orang jepang ke Nikkou, mau gak mau deh harus bangun pagi. Karena jaraknya yang jauh, dan gak mau bermacet-macetan di jalan, alhasil kami memutuskan untuk berangkat jam 6 dari rumah.

Karena diantara kami ada yang belum sempat sarapan, di seperempat perjalanan kami mampir di sebuah toko untuk sekedar membeli roti buat santap pagi. Ya itung-itung biar kayak orang luar negeri, sarapannya roti wkwk.

Karena masih pagi, langit nampak gelap, malahan lebih terlihat ke arah mendung. Padahal di hari sebelum kita berangkat, ramalan cuaca hari ini diperkirakan cerah. Walau sempat khawatir akan turun hujan, namun seiring berjalannya waktu, mataharipun memancarkan sinarnya. ahh syukurlahh.

Di tengah perjalanan kami berhenti sejenak untuk beristirahat -di yaa mirip kayak rest area gitulahh. Ditempat ini ada yang jual makanan, dan minuman. Seperti rest area pada umumnya, tentu tempat pembuangan kotoran alias toiletpun juga ada.
Hal konyol terjadi disini. Temenku -Rama, yang sedang asik berak, kami tinggal di toilet wkwk. Jadi mobil yang tadinya diparkir di depan toilet, kami pindahin ke parkiran seberang, yang jika dilihat dari depan toilet ketutup sama bus. Ceritanya pura-pura ditinggal gitu biar dia kebingungan. Dan benar saja, pas dia keluar, dia kebingungan dong nyariin mobil kita. Mondar -mandir nyariin akhirnya dia ngelihat, dan langsung nyamperin sambil ketawa-ketawa konyol.

Perjalanan kami lanjutkan kembali. Jalan tol sangatlah membantu, waktu perjalananpun dapat dipersingkat. Selain bebas macet, jalannya pun bersih, begitu juga pemandangan kanan kiri, sangat memanjakan mata, sampai-sampai lupa sekarang jam berapa.

Tak berasa sudah hampir sampai.
Cuaca begitu cerah, namun udara disini dingin. Bahkan didalam mobilpun hawa dingin begitu terasa. Oh iya, perlu teman-teman ketahui, musim gugur tuh cuacanya selalu seperti ini. Langit nampak cerah, namun suhu udara begitu rendah.

Sengaja sih rencana liburan kali ini kami ambil pas musim gugur. Selain tempatnya yang bagus ketika musim gugur dan selagi dia mau ngajak kita jalan-jalan haha.

Akhirnya kami sampai. Jalan memasuki area parkir kawasan wisata ini padat merayap oleh mobil-mobil wisatawan yang berkunjung kesini. Namun hal itu sama sekali tidak menyurutkan niat kunjungan kami. Suasana pegunungan sangat begitu terasa. Hawa dingin serta udara yang sejuk menyambut kami pagi ini.


NIKKOU TOSHOGU SHRINE

Kami turun dari mobil, dan mulai berjalan masuk ke dalam. Pandangan mata langsung tertuju ke sebuah bangunan besar mirip kuil. Di area halaman terdapat beberapa pohon momiji yang daunnya sudah mulai memerah. Disana juga ada semacam sesuatu yang mengeluarkan asap, entah disebutnya apa gatau. Setelah itu kami lanjut mendekat ke bangunan kuil yang tadi menarik pandangan mata. Karena untuk masuk ke dalam kuil dikenakan tarif, kamipun hanya melihatnya dari luar. Toh ini bukan kuil utama katanya gak masuk sini gak masalah.

Nikkou Toshogu

Lanjut berjalan memasuki area utama, disitu terdapat sebuah gerbang besar, namanya kuromon. Disebut kuromon karena pintu gerbang ini berwarna hitam. Setelah melewati kuromon, kami masih harus berjalan kaki sedikit menanjak sekitar 100 meter untuk sampai di loket pintu masuk kuil utama. Disini dikenakan tarif masuk sebesar 1300 yen untuk satu orang dewasa. Loketnya udah pake mesin semua, jadi tinggal masukin duit, tiket keluar deh, gak pake ribet.

Tiket masuk sudah ditangan. Selanjutnya kami mulai masuk ke dalam Kuil Nikkou Toshogu.

Groofie cuy

Hari kerjapun tempat ini tidak pernah sepi dari wisatawan. Banyak sekali orang yang datang berkunjung ke tempat ini. Mulai dari anak-anak sekolah sampai rombongan orang dewasa dari berbagai daerah. Ya maklum sih, toh ini merupakan salah satu tempat bersejarah yang ada di Jepang.

Setelah masuk, pertama kami melihat bangunan seperti gudang yang dibangun dengan megah. Dari sekian banyak ukiran kayu yang penuh warna dan rumit yang menghiasi gudang ini, yang paling terkenal adalah kisah tentang monyet mizaru, kikazaru, dan iwazaru. Salah seorang tour guide menjelaskan mengenai cerita tersebut, dan akupun mencoba mendengarkannya, memahami apa yang diucapkan, namun entahlah, hanya sedikit yang bisa aku mengerti. Inti dari cerita tersebut adalah, dikisahkan ada 3 ekor monyet yaitu mizaru, kikazaru dan iwazaru. 3 monyet ini mengajarkan bahwa di dunia ini kita tidak boleh melihat hal-hal buruk, kemudian tidak boleh mendengarkan sesuatu yang tidak pantas untuk didengar, dan yang terakhir tidak boleh berucap sesuatu yang dapat menyakiti orang lain. 3 hal tersebut merupakan kunci untuk menjaga hubungan sosial kita antar sesama umat manusia.

Fokus ke ukiran 3 monyet dibelakang kami yaa wkwk

Selanjutnya kami mulai masuk melewati Yomei Mon. Yomei Mon merupakan pintu gerbang yang paling terkenal di kuil ini. Sebegitu terkenalnya, hampir semua pengunjung yang melewati gerbang ini pasti mereka mengambil foto. Gak mau kalah akupun juga ikutan mengabadikan momen disini. Disitu terdapat ukiran 2 ekor naga putih. Dan detail disekeliling ukiran dihiasai oleh emas. Oh iya, detail bangunan ini merupakan salah satu yang terumit di Jepang.

Yomei Mon

Berjalan masuk kedalam bangunan kuil utama, terdapat banyak sekali bangunan. Dari aula sholat sampai area makam. Berjalan masuk menyusuri area sebelah kanan bangunan kuil utama terdapat gerbang yang bernama Sakashitamon. Yang di pintu masuknya terdapat ukiran kucing tidur atau disebutnya Nemuri NekoSakashita Mon (Gerbang Sakashita) menandai dimulainya perjalanan panjang menaiki anak tangga yang menanjak melalui hutan dan mengarah ke makam. Pendakian ini memakan waktu sekitar lima menit, dan harus menaiki 200 anak tangga.

Akhirnya kita sampai di area makam. Banyak orang jepang yang memberi salam di pintu masuk sebelum mengelilingi tempat ini. Kuil Toshogu adalah tempat peristirahatan terakhir dari Tokugawa Ieyasu, pendiri Keshogunan Tokugawa yang memerintah Jepang selama lebih dari 250 tahun hingga tahun 1868. Dan ternyata aku menemukan jawaban mengapa disini terdapat banyak sekali pintu gerbang. Jadi gerbang-gerbang yang kami lewati tadi, dibuat untuk melindungi makam ini.

Area Makam

Selanjutnya kami berjalan turun dan kembali ke Yomei Mon. Menyusuri area sebelah kiri, kami diantar untuk mendengarkan Naki koe, atau yang artinya suara tangisan. Karena disini kamera dilarang, tidak boleh mengambil foto maupun video, jadi tidak ada momen yang terekam. Ceritanya didalam, kami disuruh melihat ke sebuah langit-langit bangunan yang terdapat lukisan naga. Lalu disuruh mendengar suara dengungan. Dengungan tersebut pada dasarnya adalah suara besi yang dipukul dengan keras. Karena ruangannya tertutup, timbullah suara dengungan yang mirip tangisan, yang oleh mereka diyakini sebagai suara tangisan naga.

Ya begitulah cerita didalam. Kalau boleh menyimpulkan, tempat ini sejatinya merupakan tempat untuk beribadah atau kalau di Indonesia disebutnya Ziarah. Dilihat dari banyaknya pengunjung yang rata-rata selalu memberi salam ketika melewati pintu gerbang, dan selalu memanjatkan doa ketika masuk kedalam kuil.

Toko Oleh-Oleh Khas NIkkou Toshogu

Di perjalanan pulang kami menyempatkan untuk membeli oleh-oleh. Karena didalam toko tidak boleh mengambil foto maupun video, tidak banyak momen yang terekam. Disitu saya membeli gantungan kunci dan magnet kulkas. Penjualnya sangat ramah, saya yang tidak bisa berbahasa jepang dilayani dengan sepenuh hati. Bahkan kami diberitahu tempat yang harus dikunjungi selain kuil utama. Akhirnya kamipun menyempatkan mengunjungi kuil yang katanya recomended sesuai petunjuk si penjual oleh-oleh.

Depan Pintu Gerbang Kuil Sebelah

Tak lama di tempat tersebut, selanjutnya kami memutuskan untuk balik. Sambil berjalan balik menuju parkiran, sedikit banyak kami menikmati pemandangan sekitar dengan cara berjalan santai membaur dengan suasana sekitar.

Suasana jalan pulang ke parkiran

Karena masih ada tempat menarik lain yang ingin kami kunjungi, perjalanan di Kuil Toshogu, kami sudahi sampai disini.

Dan kami berangkat untuk mencari air terjun.


Kegon No Taki

Jarak antara kuil ke air terjun lumayan jauh. Kondisi jalan yang sekarang kami lewati berupa tanjakan. Bahkan semakin kesini jalanan semakin lebih menantang. Untuk sampai ke air terjun Kegon, kami harus melewati jalur berliku sejauh 25 kilometer. Jalur ini bernama Iroha Zaka. Disebut Iroha Zaka, karena di jalur ini terdapat 20 tikungan saat kita naik dan 20 tikungan saat kita turun, dimana masing-masing tikungan ini diberi angka. Jumlah tikungan 48 buah ini sama dengan jumlah huruf bahasa Jepang 48 huruf atau yang sering disebut dengan Iroha. Nah, dari situ lama kelamaan para penduduk mulai menyebut jalan ini sebagai jalan Iroha atau Iroha zaka. Dari pinggir jalan ini, pemandangan musim gugur Danau Chuzenji dan Gunung Nantai juga bisa kita nikmati.

Dengan belokan tajam serta kanan kiri jalan berupa jurang, membuat jantung kami sedikit berdebar debar. Untung sopir kami handal, mobil yang kami naiki melesat jauh dan hanya butuh waktu sekitar setengah jam untuk sampai di tempat yang kami tuju.

Hari semakin siang, dan perut sudah tidak bisa dikondisikan. Sebelum melanjutkan perjalanan, kami beristirahat sebentar di sebuah warung soba untuk sekedar santap siang. Walaupun sudah 2 tahun tinggal di Jepang, ini merupakan pertama kalinya saya menikmati soba. Heummm sumpah enak banget, kesan pertama sih bikin nagihhh.

Lheessss lhap lhep

Setelah urusan sama perut selesai, selanjutnya kami pergi untuk melihat air terjun. Walau sedikit pesimis dengan cuaca yang sedikit mendung, kami bergegas untuk melihat air terjun dari dekat. Dan benar saja, kabut pekat menyelimuti air terjun siang ini.

Kabut Menyelimuti Air Terjun

Kami mencoba menuruni tangga untuk melihatnya dari dekat. Namun sama saja. Kabut begitu pekat. Sedikit kecewa dengan keadaan saat itu, namun perlahan kabut mulai menghilang karena tertiup angin. Pas sekali terlihat betapa derasnya air terjun ini.

Kegon No Taki

Air terjun Kegon memiliki tinggi sekitar 100 meter dan merupakan salah satu air terjun yang terindah di Jepang. Karena air terjun ini merupakan satu-satunya pintu keluar air yang berasal dari Danau Chuzenji, suara yang dihasilkan dari air terjun ini sangatlah bergermuruh. Air Terjun Kegon juga merupakan spot tempat wisata ketika musim gugur di Jepang. Warna indah daun-daun musim gugur yang dihasilkan dari pohon-pohon di sekitar air terjun, biasanya mulai berwarna dari pertengahan hingga akhir Oktober. Namun untuk tahun ini, musim gugur datang sedikit terlambat. Warna daun yang terlihat saat itu belum sepenuhnya memerah.

iwazaru kikazaru mizaru

Air terjun yang tadinya tidak terlihat sama sekali, akhirnya bisa terlihat gara-gara ada angin yang bertiup membawa kabut pergi. Namun tidak berselang lama, kabut kembali datang dan menyelimuti air terjun kembali.

Karena cuaca mudah sekali berubah-ubah, membuat kami sedikit gemas. Kabut datang kadang pergi. Air terjun kadang terlihat kadang tidak. Ahhh. kamipun sempat berpikiran mencoba melihatnya dari lantai dasar, dengan bantuan lift. Namun itu tidak terlaksana karena kabut kembali datang. Dan akhirnya kami mensudahi persoalan ini dan berjalan pergi ke Danau Chuzenji.


Chuzenjiko

Kecewa dengan air terjun yang tertutup kabut, kami selanjutnya pergi ke danau Chuzenji yang berada tidak jauh dari tempat kami berada saat ini. Dengan meninggalkan rasa kecewa, kami dengan senang hati berjalan menuju kesana. Tak lama berselang, sekitar 10 menit kami sudah sampai.

Chuzenjiko adalah sebuah danau yang ada di pegunungan nikkou. Terletak di kaki Gunung Nantai yang terbentuk akibat letusannya pada 20.000 tahun yang lalu. Chuzenjiko sangat indah di pertengahan hingga akhir Oktober, yaitu ketika warna musim gugur mencapai puncaknya. Danau ini terletak di ketinggian 1.269 meter di atas permukaan laut yang membuat daerah ini sejuk dan nyaman.

Danau Chuzenji

Sumpah pemandangannya keren banget. Kalau diliat sekilas mirip dengan Danau Bedugul yang ada di Bali. Danau ini dikelilingi gunung di sekitarnya, airnya pun sangat bening, sampai-sampai dasarnyapun terlihat jelas oleh mata. Bahkan disini terdapat prau-prau kecil yang bisa dinaiki oleh wisatawan.

Cuaca disini cerah, namun ada sebagian tempat yang mendung. sampai-sampai garis antara cerah dan mendung bisa diliat oleh mata telanjang. Sangat jelas sekali perbedaannya. Oh iya, cuaca di gunung tuh ya begini, susah ditebak.

Kabut kembali datang

Berjalan balik keparkiran, kami menyempatkan pergi melihat air terjun sekali lagi. Berharap kali ini bisa melihatnya dengan jelas. Namun sesampainya disana, kabut malah semakin pekat, ditambah udara semakin dingin. Tidak berasa hari semakin sore, sebelum pulang kami menyempatkan untuk melihat oleh-oleh.

Walaupun tidak seindah foto di google, ini merupakan kesempatan yang berharga bagiku. Pengalaman bisa melihat dengan mata kepala sendiri, sangat beruntung sekali bisa mengunjungi tempat-tempat indah seperti ini. 3 tempat yang mungkin saja tidak bisa saya kunjungi untuk ke 2 kalinya. Apalagi sudah diantar berkeliling seharian, maafkan kami yang selalu merepotkan, dan terimakasih sudah mengajak kami liburan ke tempat yang tidak terjangkau ini. Tooi tokoro made asobini itte sasotte kurete, doumo arigatou gozaimashita.

Sampai jumpa di cerita selanjutnya,

See yaa,

Jyaa nee,,

Dari sisi yang berbeda,























Dibuang sayang,

























Image Supported by :
ig : @ramadaniarr
ig : @tri.rohadi.58

Special thanks to :
横関さん

0 Response to "LIBURAN GRATIS KE TOCHIGI CUY (Nikkou Toshogu Shrine - Kegon no Taki - Chuzenjiko)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel