LANGKAH KECIL - Sekali Daki Dua Puncak Gunung Terlampaui

Pendakian Gunung Tsukuba
Sabtu, 9 November 2019
Ibaraki Ken Tsukuba Shi

Berangkat menggunakan bus dari terminal terdekat, butuh waktu sekitar 30 menit untuk sampai di pos pendakian Gunung Tsukuba. Bus begitu sesak oleh rombongan pendaki. Karena tidak kebagian kursi, mau gak mau kamipun harus berdiri. Jalanan khas Jepang yang bersih, anti macet dan pemandangannya yang menyejukkan mata, membuat perjalanan kali ini tidak berasa lama.

Suasana didalam Bus

Sampai di terminal pemberhentian jam 10 pagi, tanpa basa-basi kami mulai melangkahkan kaki menuju ke pos pendakian. Jalanan kota dengan hotelnya, serta berbagai toko oleh-oleh khas yang ada, kami lewati dengan berjalan santai untuk sampai kesana.

Sebelum memasuki pos pendakian terpampang jelas peta jalur pendakian Gunung Tsukuba. Dari sini kami dapati informasi bahwa Gunung Tsukuba mempunyai 2 puncak. Yang pertama disebut puncak nantai dan yang kedua disebut puncak nyotai. Dalam Bahasa Indonesia diartikan sebagai puncak gunung cowok dan puncak gunung cewek.

Kuil Izanaginomikoto

Berjalan sesuai peta jalur pendakian, didepan malah kami dapati sebuah kuil. Walau sempat khawatir akan salah jalur, ternyata memang harus melewati kuil Izanaginomikoto sebelum masuk ke trek pendakian sebenarnya. Tidak heran kenapa disini terdapat kuil, karena memang dasarnya Gunung Tsukuba merupakan gunung untuk beribadah. Bagi penganut kepercayaan tertentu, gunung ini diyakini dapat membantu dalam urusan perjodohan, keharmonisan rumah tangga, serta momongan. Jadi bagi teman-teman yang masih jomblo, bisa dicoba untuk mendaki Gunung Tsukuba, siapa tahu pulang dari sini dapet berkahnya. Ahhh jangan percaya begitu saja yaa, ini hanyalah mitos belaka wkwk.

Berkeliling di area sekitar kuil, kami dapati sebuah taman momiji yang kebetulan pada saat itu warna daunnya sedang cantik-cantiknya. Gradasi warna dari hijau, kuning, oranye, ke merah sangat sayang jika dilewatkan begitu saja.

Taman Momiji

Dari sinilah pendakian kami mulai.
Jika sebelumnya jalan yang kami lewati berupa jalan yang... yaaaaa bisa dibilang mudah, namun kali ini kami dihadapkan dengan trek bebatuan seperti gunung pada umumnya. Sempet minder karena peralatan dan pakaian yang kami bawa sangatlah seadanya, namun langkah kecil kami mencoba untuk berjalan pelan-pelan menuju tujuan.

Trek pendakian Gunung Tsukuba tidak sepenuhnya bebatuan, bonus jalanan landaipun bisa kita temui disini. Bahkan di jalur ini banyak sekali anak tangga yang terbuat dari kayu yang sudah disediakan oleh pengelola. Sangat bermanfaat sekali bagi jiwa-jiwa seperti kami yang minim perlengkapan mendaki. Di tengah perjalanan kami beristirahat sebentar untuk sekedar minum disebuah aliran sungai kecil yang ada di jalur ini. Airnya segar dan enak, kalo kata temen saya rasanya mirip kan-gen water.

Petunjuk Arah di Jalur Pendakian Gunung Tsukuba

Kami lanjut berjalan kembali. Hari semakin siang. Karena matahari sudah mulai menyengat, hawa dingin pagi hari sudah berganti menjadi hangat. Setelah melewati trek yang kurang lebih sama seperti sebelumnya, akhirnya kami sampai dengan selamat.

Suasana di atas ramai sekali. Mulai dari wisatawan sampai kalangan pendaki, semua berkumpul di tanah lapang ini. Kalau hanya ingin mencari tempat untuk sekedar melepas penat dari hawa sibuk perkotaan, gunung ini cocok sekali karena pemandangan yang ditawarkan sangatlah terbayarkan. Tak heran jika banyak orang yang berlibur ke tempat ini.

Setelah berkeliling, rasanya ada yang aneh. Kalau dilihat-lihat tempat ini bukanlah puncak. Dan benar saja, ternyata ini hanyalah tanah lapang yang menghubungkan antara dua puncak gunung. Dengan kata lain, sekarang kami berada diantara keduanya. Setelah sedikit berdiskusi, kami memutuskan untuk pergi ke puncak nantai terlebih dahulu.

Trek menuju puncak nantai relatif lebih mudah, petunjuk arahpun sangat jelas. Namun di penghujung jalur, kami harus melewati bebatuan yang sedikit curam dan jalan setapak sebelum sampai di puncak.

Tugu Puncak Nantai

Akhirnya kami sampai. Dibandingkan dengan suasana dibawah, disini relatif sepi. Tidak banyak orang yang ada di puncak ini. Hanya ada sebagian orang yang berdoa dan berfoto di tugu puncak. Alhasil kamipun langsung memutuskan untuk berjalan balik dan menuju ke puncak yang satunya, yaitu puncak nyotai.

Tak berselang lama, hanya butuh waktu sekitar 15 menit kami sudah sampai di puncak nyotai. Berbanding terbalik dengan puncak nantai, puncak nyotai lebih menawarkan pemandangan yang indah untuk dipandang. Batu besar puncaklah tempat orang-orang berkumpul menghabiskan waktu mereka. Kamipun ikut serta mencari lokasi yang pas untuk bersantai. Sambil menikmati pemandangan, setidaknya bisa melepas lelah sembari mengisi tenaga untuk bekal turun.

Tugu Puncak Nyotai

Hebatnya Jepang, di puncak gunung bisa kita temui fasilitas umum layaknya dibawah, mulai dari warung makanan, toko oleh-oleh, toilet, sampai kereta pun ada diatas sini. Namun saat itu kami tidak mencoba untuk menaiki kereta. Selain antreannya yang mengular panjang, kamipun sudah tidak tahan lagi karena lapar. Akhirnya kami balik ke bawah menuruni gunung dengan cara berlari. Ingin rasanya cepat-cepat sampai, lalu mengistirahatkan kaki sambil makan gyuudon oomori. Hahaha

Sukiya no Gyuudon

Akhirnya ceritaku sudah sampai pada ujungnya. Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita pendakian ketigaku, maaf apabila ada tulisan yang tidak berkenan di hati teman-teman, semoga kita dapat berjumpa lagi di cerita selanjutnyaa,

See yaa,,

Jyaa nee,,



Dari sisi yang berbeda,




















Dibuang sayang,





In frame :
ig: @ Rizqiapn
ig : @ramadaniarr
ig: @muchammadlutfihakim

0 Response to "LANGKAH KECIL - Sekali Daki Dua Puncak Gunung Terlampaui"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel